Artikel ini dapat digunakan, disalin, dan disebarluaskan. Cukup cantumkan sumber asli. Jika isinya mengandung kebenaran, semoga memberi kebaikan bagi kita yang memanfaatkannya. Jika ada yang salah, mohon kiranya penulis dimaafkan. Dan sangat baik, jika kesalahan tersebut dapat diberitahukan kepada penulis.
Yanmarshus, , yan[at]daunsalam[dot]net

Mempertanyakan Matahari Mengelilingi Bumi

Ini tentang sebuah buku dengan judul Matahari Mengelilingi Bumi. Dilengkapi dengan sub judul "Sebuah Kepastian al-Qur'an dan as-Sunnah serta Bantahan Terhadap Teori Bumi Mengelilingi Matahari". Ditulis oleh Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf.

Informasi tentang buku ini pertama kali saya peroleh dari blog Harry Sufehmi di internet. Artikelnya di alamat berikut Matahari Mengelilingi Bumi (yeah right). Sampai saat tulisan ini saya buat, masih bertambah tanggapan yang ada dalam artikel tersebut.

Ada banyak tanggapan yang mencuat. Mulai dari komentar "ramah", sampai protes kelas berat. Ada yang menyampaikan dengan alasan-alasan ilmiah, juga ada dengan nada-nada emosional. Memang judulnya cukup kontroversial. Setelah buku ini saya baca, akhirnya tertarik pulalah saya menuangkan apa yang ada di fikiran.

Tapi tunggu dulu! Apa yang akan saya uraikan di sini tidak menggunakan cara-cara jitu. Saya tidak memiliki keahlian ilmiah yang lengkap untuk menyanggah isi buku ini. Apa yang akan anda temukan hanyalah semacam "debat kusir". Jika alasan yang sarat dengan paparan ilmu astronomi, seharusnyalah yang pakar di bidang astronomi yang menulis. Sedangkan jika sanggahan dengan cara menafsirkan al-Qur'an, tentu yang paham dengan ilmu bersangkutan yang mestinya menulis. Lalu saya? Tidak satupun di antara dua ilmu itu yang saya miliki dengan baik. Namun ada juga hal-hal tertentu yang ingin saya "pertanyakan". Sampai disini, anda boleh tetap terus membaca, atau silahkan mengerjakan hal lain, yang mungkin lebih berguna.

Seterusnya, apa yang akan saya "pertanyakan" dari isi buku ini, juga tak tersusun rapi. Muncul dengan cara sepenggal-sepenggal. Nah mari kita mulai. Sebagai info tambahan, saya mengacu pada buku cetakan ke-2.

Seakan-akan

Pada bab 4, di halaman 79, poin ke-4 ditulis :

4) Yang lebih mudah dari semua yang di atas, lihatlah ke arah langit,
lihatlah awan yang berada di arah ufuk, maka akan engkau lihat bahwa
awan itu seakan-akan muncul dari bumi, padahal dipastikan bahwa
awan yang kita lihat muncul dari bumi dan seakan-akan menempel
dengan bumi itu adalah setinggi awan yang berada di atas kita,
bukankah itu bukti nyata bahwa bumi dan langit itu bulat ?

Yang menjadi pertanyaan dari saya adalah penggunaan kata seakan-akan. Penulis menggunakan kata ini untuk menjelaskan argumentasinya. Bisa ditarik sebuah pemahaman di sini, bahwa mata kita memang bisa "terkelabui" oleh sebuah keadaan tertentu. Disebutkan di atas, bahwa seakan-akan awan itu menempel dengan bumi, padahal tidak.

Nah sekarang coba kita baca pada halaman 148.

Ada sebuah lelucon yang dahulu saat masih SD saya dapatkan dari guru IPA
dan sangat mungkin masih diajarkan hingga kini. Dikatakannya,
pergerakan matahari ke arah barat sebenarnya adalah karena gerakan
rotasi bumi. Lalu tatkala ditanya : "Kalau memang begitu lalu mengapa
yang kelihatan bergerak kok matahari?" Maka dengan enteng dia jawab :
"Hal itu sama dengan seseorang yang naik mobil atau kendaraan lainnya
yang cepat, maka seakan-akan yang dia rasakan bahwa yang bergerak adalah
pepohonan dan bangunan yang di sekitarnya dan dia sendiri merasa
sepertinya diam dalam mobil".
Subhanalloh!!! Maha Suci Alloh yang tidak pernah salah dan lupa,
apakah sebuah dunia ilmiah hanya didasarkan pada sebuah kata :
"seakan-akan"? Padahal semua orang mengetahui, secepat apapun sebuah
mobil melaju dan di jalan sebagus apapun pastilah dia akan tetap
merasakan dia bergerak.

Ada sesuatu yang janggal di sini. Ketika penulis menggunakan kata seakan-akan untuk menjelaskan argumentasinya, yaitu menyetujui bahwa seakan-akan awan menempel dengan bumi, disitu tidak ada masalah. Tetapi ketika seorang guru mengatakan bahwa seakan-akan matahari yang bergerak, mengapa penulis tidak bisa menerimanya ? Bukankah kedua hal ini menunjukkan bahwa kita memang bisa melihat sesuatu seperti bertolak belakang.

Bumi Bulat

Pada bab 4 yang menjelaskan bahwa bumi bulat, pada halaman 80 dan halaman 81 digunakan beberapa ayat dari al-Quran. Terjemahan ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut :

Dan bumi bagaimana dihamparkan ? (QS 88:20)
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan (2:22)
Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan
dan gunung-gunung sebagai pasak? (78:6-7)

Bila ayat tersebut dibaca dengan sederhana, tanpa penafsiran, jelas mengatakan bahwa bumi dihamparkan. Dihamparkan dalam pengertian sederhana, tentu di sebuah tempat yang datar. Dan jelas dari sini jika mengambil zahirnya saja, ya kesimpulannya bumi itu datar, tidak bulat. Dan saya tidak menemukan dengan nyata dalam al-Quran yang menyebutkan bahwa bumi itu bulat.

Dalam buku ini, pada bab 4, dijelaskan bahwa bumi bulat. Argumentasi yang dipakai untuk menunjukkan bumi bulat adalah dengan menggunakan pengamatan manusia, bukan argumentasi dari al-Quran. Justru yang didapat dalam al-Quran adalah mengenai dihamparkannya bumi. Argumentasi tentang bumi bulat dalam buku ini adalah seperti berikut (pada halaman 79) :

1) Berlayarlah ke arah barat atau timur terus menerus, maka suatu
ketika nanti engkau akan sampai di tempat semula saat berangkat
2) Jika engkau sekarang di Indonesia berada pada jam empat dini hari,
teleponlah saudaramu yang berada di Arab Saudi dan tanyakan
jam berapa di sana; pasti dia akan menjawab bahwa di Arab Saudi jam 12 malam.
Juga teleponlah saudaramu atau temanmu yang berada di Amerika
pasti dia akan mengatakan bahwa di sana saat itu jam empat sore.
Seandainya bumi itu datar, maka mungkinkah itu terjadi?
3) Pergilah ke tepi laut, lihatlah kapal yang pergi berlayar meninggalkan
tepi pelabuhan, maka akan engkau saksikan bahwa dia semakin lama semakin
turun dan akhirnya yang kelihatan hanya bagian atasnya saja lalu beberapa
saat kemudian hilang. Seandainya bumi ini datar seharusnya kapal tersebut
semakin lama semakin mengecil lalu akhirnya hilang di kejauhan.

Untuk kasus bumi bulat, penulis berpegang pada hasil pengamatan manusia, lalu mengambil kompromi dengan teks al-Quran yang mengatakan bumi dihamparkan. Sementara nantinya, untuk kasus matahari, penulis hanya terpaku dengan mengambil tafsiran dari ayat al-Quran. Sedikit pertanyaan awal, mengapa penulis tidak bersedia menelaah data pengamatan angkasa yang banyak tersedia ?

Untuk bentuk bumi bulat, maka pengamatan pertama kali yang paling nyata, tentulah dari kosmonot Rusia Yuri Gagarin, yang melanglang ke angkasa, lalu menyaksikan dengan jelas bahwa Bumi memang bulat.

Ada lagi sedikit yang menganggu saya dalam bab tentang bumi bulat ini. Pada halaman 89 ditulis :

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memberikan sebuah gambaran bahwasanya kalau anda
menggali tanah ini sampai tembus ke bagian lainnya. Misalkan, galilah tanah
di Indonesia sehingga tembus ke Amerika, lalu jatuhkan batu ke dalamnya, maka
nantinya batu itu akan berhenti di bagian tengah bumi, begitu juga jatuhkan
batu dari arah tembusnya di Amerika, maka nanti kedua batu itu akan bertemu
di bagian tengah bumi. Hal ini menunjukkan bahwa itulah bagian alam yang
paling dasar.

Tampaknya penulis buku setuju dengan sebuah pengandaian dari Ibnu Taimiyah. Coba lihat pengandaian itu. Sebuah pengandaian yang cukup luar biasa, bahkan sampai sekarangpun, belum ada yang berhasil membuat galian seperti itu. Dan penulis buku bisa menerimanya. Namun, tampaknya penulis tak bersedia menerima analisa, atau pengandaian yang menunjukkan bahwa bumi mengelilingi matahari.

Berdasarkan hasil penelitian ilmuwan kafir barat

Berikut ini diambil pada halaman 109 dan 110.

Lalu sejak saat itulah teori ini dianut oleh hampir seluruh manusia
-sampaipun kaum muslimin- tanpa berusaha meneliti ulang apakah teori itu
benar ataukah tidak. Ambil misal Harun Yahya, dalam berbagai CD-nya tentang
jagat raya, secara serampangan dia mengambil ayat-ayat al-Qur'an untuk
mendukung teori ini; juga seorang dari negeri Yaman yang bernama Abdul Majid
az-Zindani yang juga banyak mengagungkan para pemikir kafir barat sambil
dicocokkan dengan al-Qur'an dan as-Sunnah; serta Sayyid Quthb dalam tafsir
Dhilalnya, banyak menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an berdasarkan
hasil penelitian barat kafir terutama sekali dalam ilmu astronomi.
Dan di antara ulama Indonesia yang juga terpengaruh dengan teori ini adalah
Syaikh Ahmad Hassan sebagaimana terdapat dalam Soal-Jawab.

Kalimat-kalimat ini tak membuat saya bertanya. Hanya sangat menimbulkan keprihatinan. Tampaknya penulis buku sangat tak menyenangi hasil penelitian orang barat kafir. Namun secara tak sadar penulis tentulah menggunakan banyak hasil penelitian barat kafir. Bukankah salah satu pembuktian tentang bumi bulat, penulis menggunakan telepon sebagai argumentasinya. Dalam pengetahuan saya yang sedikit ini, telepon adalah hasil penelitian barat kafir. Jika melebar ke yang lain-lain, untuk menulis buku kemungkinan besar pakai komputer, mesin cetak, ketika bedah buku ini dilangsungkan, ada informasi melalui nomor HP, yang tentu kesemuanya itu adalah hasil penelitian barat kafir. Cukup banyak hasil penelitian barat kafir yang memberi kontribusi pada perkembangan Islam. Ah, apakah saya berlebihan?

Bumi diam tak bergerak

Dalil yang dikemukakan untuk hal ini cukup banyak ditulis dalam buku tersebut. Berikut akan saya tuliskan sebagian dari dalil (terjemahan ayat al-Qur'an yang digunakan sebagai dalil)

Sesungguhnya Alloh menahan langit dan bumi supaya jangan bergeser,
dan sungguh jika keduanya bergeser tidak ada seorangpun yang dapat
menahan keduanya selain Alloh. Sesungguhnya Dia itu Maha Penyantun
dan Maha Pengampun (35:41)
Dan diantara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah berhentinya langit dan bumi
dengan izin-Nya (30:25)
Alloh yang menjadikan bumi bagi kamu sebagai tempat menetap
dan langit sebagai atap (40:64)
Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam
dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya dan menjadikan
gunung-gunung (27:61)
Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang
bersama kalian, (dan Dia) menciptakan sungai-sungai dan jalan-jalan
agar kamu mendapat petunjuk (16:15)

Bandingkan juga dengan terjemahan dari Depatemen Agama berikut.

Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan
sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat
menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun
lagi Maha Pengampun. (35:41)
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan
bumi dengan iradat-Nya. (30:25)

Dari ayat-ayat di atas, penulis buku ini mempunyai kesimpulan bahwa bumi diam, tidak bergerak sama sekali. Jadi, jika dibandingkan dengan teori yang mengatakan bumi mengalami rotasi, maka menurut penulis buku, itu adalah salah, karena disebutkan bumi diam.

Berikut ini pertanyaan-pertanyaan dari saya. Misalkan bumi mengalami rotasi, lalu apakah ayat-ayat di atas menjadi bertentangan ? Apakah sebenarnya itu bisa menjadi benar juga ? Tidak mungkinkah yang dimaksud dengan berguncang adalah seperti guncangan gempa ? Kalau bumi ini gempa terus, ya tentu memang tak nyaman tinggal di bumi. Bumi berotasi, dan dengan gerakan yang tenang. Apakah bisa kita maksudkan tenang di sini seperti itu ? Jadi tidak ada masalah dengan gerakan rotasi bumi dengan ayat-ayat di atas. Karena gerakan rotasi bumi tak menimbulkan guncangan yang mengganggu manusia.

Lalu tentang gunung yang ditancapkan di bumi sebagai pasak, agar bumi tak goncang bagaimana maksudnya ? Jika bumi ini memang diam-diam saja, mengapa diperlukan gunung sebagai pasak agar tak goncang ? Bukankah dengan gagasan bahwa bumi mengalami rotasi, lalu agar permukaan bumi tak goncang karna rotasi, lalu ditancapkanlah gunung sebagai pasak. Bolehkan demikian ?

Dan selanjutnya langsung saya kutip lagi dari buku pada halaman 122.

Adapun kalau gerakan bumi itu berputar maka tidak akan secara sempurna
kita mengambil manfaat dari bumi, karena seandainya gerakan bumi itu
berputar ke arah timur maka manusia yang bergerak ke arah barat
-tidak diragukan lagi bahwasanya gerakan bumi itu lebih cepat-
seharusnya manusia itu tetap berada di tempatnya
atau dia tidak akan pernah sampai pada tempat yang dia tuju;
sehingga tatkala kita tahu bahwa mungkin bagi dia untuk mencapai
tujuannya maka kita mengetahui bahwa bumi itu tidak bergerak
baik gerak yang berputar maupun gerak lurus,
dan dengan itu berarti bumi tenang tidak bergerak.

Sekarang saya akan menyalin paragraf di atas dengan cara agak "nyeleneh". Kita merujuk ke sebuah kapal yang bergerak, dan ada orang yang berjalan di atas kapal, katakanlah dari depan ke belakang kapal. Seperti berikut

Karena seandainya gerakan kapal itu ke arah
timur maka manusia yang bergerak ke arah barat
-tidak diragukan lagi bahwasanya gerakan kapal itu lebih cepat-
seharusnya manusia itu tetap berada di tempatnya
atau dia tidak akan pernah sampai pada tempat yang dia tuju;
sehingga tatkala kita tahu bahwa mungkin bagi dia untuk mencapai
tujuannya maka kita mengetahui bahwa kapal itu tidak bergerak
baik gerak yang berputar maupun gerak lurus,
dan dengan itu berarti kapal tenang tidak bergerak.

Bagaimana menurut anda ?

Berikut ini kutipan dari halaman 123, 124 :

Apakah kamu merasa aman terhadap Alloh yang di langit bahwa Dia akan
menjungkirbalikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba
bumi itu berguncang ? (67:16)
Ayat ini sangat jelas menunjukkan bahwa bumi itu diam di suatu tempat,
tidak bergerak, tidak datang dan pergi. Oleh karena itulah,
Alloh menyebut nikmat-Nya kepada manusia saat menjadikan bumi itu tenang,
dan mengancam mereka dengan dijungkirbalikkan dan diancam dengan
akan dijadikan bumi bergerak.
Seandainya yang diklaim oleh para astronom itu benar
maka maknanya setiap saat bumi itu sudah bergerak,
lantas apa fungsi dari ancaman ini?

Agak aneh bagi saya membaca kesimpulan dari penulis buku. Bukankah ayat tersebut dengan jelas menyebutkan menjungkirbalikkan. Lalu mengapa menjungkirbalikkan bisa disamakan dengan bergerak ? Fungsi ancaman ayat tersebut juga sangat jelas. yaitu menjungkirbalikkan bumi, lalu mengguncangkan bumi. Contohnya, ya gempa bumi. Bukankah gempa bumi itu sangat menakutkan ?

Matahari terbit dari barat

Kutipan dari buku halaman 158 :

Cobalah renungkan!!! Kalau ada sebuah mobil dengan kecepatan
yang sangat tinggi meluncur di jalan raya, lalu tiba-tiba berhenti
dengan mendadak.
Apakah yang akan terjadi ? Tidak ada seorangpun yang meragukan
bahwa mobil itu akan terlempar, begitu pula dengan semua penumpangnya.
Itulah yang terjadi pada mobil. Padahal kalau kita taksirkan
mungkin kecepatannya hanya 150 Km/jam.
Lalu bagaimana dengan bumi yang mereka klaim bergerak dalam satu detik
sejauh 30 Km, lalu tiba-tiba berhenti, maka semua penghuni, bangunan,
air, dan lainnya akan terlempar ke arah yang tidak ada seorangpun bisa
membayangkannya. Kalau gerakan bumi yang tidak seberapa,
bisa membuat gelombang tsunami yang meluluhlantakkan tujuh negara pada
akhir tahun 2004 yang lalu, lalu bagaimana jika bumi itu benar-benar
berhenti dari pergerakannya yang super-cepat itu ?
Jangan katakan kepada saya: Apa hubungan antara masalah ini
dengan pembahasan kita ?
Ketahuilah wahai saudara seiman, hubungan antara masalah ini
dengan teori bumi mengelilingi matahari sangat erat.
Tidak tahukah anda bahwa nanti di akhir zaman matahari akan
terbit dari barat. Sebagaimana hal itu disebutkan oleh Alloh Ta'ala
dan Rasulullah s.a.w dalam hadits yang shahih?

Jika kita mengikuti pendapat bahwa matahari yang mengelilingi bumi, bukankah cerita di atas tidak sama absurdnya ? Bumi cukup dengan kecepatan 30 Km/detik dalam rotasinya, sedangkan matahari kalau memang mengelilingi bumi, berapakah kecepatannya ? Dengan mengikuti buku ini, bahwa jarak langit pertama adalah 9 juta Km, kita misalkan jarak matahari-bumi 5 juta Km. Hasilnya adalah kecepatan matahari sekitar 360 Km/detik. Lalu karena matahari harus berbalik arah untuk terbit dari sebelah barat bukankah bisa jadi matahari terpental entah kemana (Ops, maaf, saya bercanda?)

Sedangkan jika bumi mengalami rotasi, untuk membuat matahari terbit dari barat, tidak memerlukan pengurangan kecepatan sedikitpun. Cukup dengan memutar sehingga kutub utara menjadi kutub selatan, maka matahari akan terbit dari barat. Dan ingat, sekarangpun kutub bumi itu memang sudah miring.

Cerita satelit

Ini hanyalah tambahan dari saya, jadi tidak berasal dari buku tersebut. Buku ini menyinggung penggunaan telepon. Baiklah, kita anggap penulis cukup percaya dengan teknologi telepon, bahkan mengakui bisa menelepon dari Jakarta ke Arab atau ke Amerika.

Telepon yang kita gunakan sekarang ini, jika menelepon ke luar negeri tentu menggunakan bantuan satelit sebagai media komunikasi. (Satelit yang juga hasil penelitian barat kafir). Dan Indonesia memiliki satelit Palapa. Ada sebuah saran sederhana saja. Coba kita bertanya pada ahli, dengan teori apakah satelit ini diletakkan di orbitnya? Apakah berdasarkan teori bahwa bumi tidak berotasi, atau dengan landasan bahwa bumi berotasi ? Jangan tanyakan pada orang barat kafir! Tanyakan saja pada saudara senegara dan seiman kita yang ada di LAPAN, mereka tentu bisa menjawab hal ini.

Akhirul kalam

Demikian saja pertanyaan-pertanyaan ini. Maaf sekali lagi. Saya tak memiliki keahlian yang hebat. Namun saya tak bisa menyembunyikan pertanyaan-pertanyaan yang muncul di fikiran saya setelah membaca buku ini.