Pada sebuah pagi yang masih terasa dingin, satu persatu bor sederhana itu menghasilkan lubang sampai kedalaman 1 meter. Bukan untuk mencari harta karun, karena desakan ekonomi yang makin tak terkendali. Bukan juga semacam seremoni agar BBM turun kembali. Ini hanya sebuah usaha kecil, agar lingkungan bisa menjadi lebih ramah. Saya sedang membuat lubang resapan biopori (LRB).
Walaupun pembuatan LRB adalah perkara mudah, saya ingin berbagi kisah dan menampilkan beberapa foto yang bisa menunjukkan secara nyata bagaimana membuat LRB.
Inilah peralatan yang digunakan. Alat utama adalah bor yang merupakan hasil
rekayasa peneliti di IPB. Bor ini fungsinya untuk membuat lobang pada tanah.
Tentu saja tak wajib menggunakan alat ini. Boleh saja pakai alat lain, yang
tujuannya tentu saja bisa menghasilkan lubang dengan kedalaman sekitar 1 meter,
dan diameter sekitar 20-30 cm. Air diperlukan untuk menjadikan tanah yang akan
dibor lebih lunak, sehingga proses membuat lubang lebih mudah. Pohon singkong
itu bukan untuk ditanam. Saya menggunakannya untuk mendorong sampah yang akan
dimasukkan ke dalam LRB. Karena diameter lubang yang kecil, maka sampah tidak bisa
dijatuhkan begitu saja ke dalam lubang. Perlu didorong agar sampai ke bawah.
Kecuali ukuran sampah cukup kecil. Satu buah kayu kecil yang ada dekat ember
digunakan untuk membersihkan mata bor yang penuh dengan tanah setiap kali
melakukan pengeboran.
Langkah pertama tentu saja memulai melakukan pengeboran. Pilih lokasi tanah untuk
membuat lubang. Siram dengan sedikit air, lalu mulai dibor. Setelah bor masuk
sampai sekitar 10-20 cm, angkat bor keluar dan bersihkan tanah yang dibawa oleh
mata bor. Lakukan pengeboran sampai kedalaman sekitar 1 meter. Jika tanah terasa
keras, tambahkan lagi air secukupnya (Hehe, seperti memasak saja :-)
Setelah lubang selesai, isi dengan sampah organik. Saya selalu memenuhi setiap
lubang yang selesai dibuat dengan sampah. Mengapa? Karena takut ada anak yang kejeblos kakinya
ke dalam lubang tersebut. Di sekitar rumah saya banyak anak-anak kecil yang suka
bermain. Dengan diameter lubang sekitar 20 cm, masih mungkin kaki anak kecil
terperosok ke dalam lubang tersebut.
Demikian sekelumit kisah di masa susah ini. Apa, bagaimana, mengapa, dan sebagainya yang berkaitan dengan biopori ini tidak saya tulis disini. Takut kena tuntut oleh pihak yang "memiliki" penemuan ini. Sebab di situs www.biopori.com ditulis "Tidak diperkenankan mereproduksi seluruh maupun sebagian isi situs ini dalam bentuk maupun media apapun tanpa ijin tertulis dari Tim Biopori IPB". Jadi silahkan kunjungi situs tersebut untuk mengetahui lebih lanjut perihal biopori.