Artikel ini dapat digunakan, disalin, dan disebarluaskan.
Cukup cantumkan sumber asli.
Jika isinya mengandung kebenaran, semoga memberi kebaikan bagi kita yang memanfaatkannya.
Jika ada yang salah, mohon kiranya penulis dimaafkan.
Dan sangat baik, jika kesalahan tersebut dapat diberitahukan kepada penulis.
Yanmarshus, yan[at]daunsalam[dot]net
Daftar Isi (Kumpulan[2] Puisi, Prosa)
- Subsidi (puisi) Oktober 2004
- Maaf (puisi) Oktober 2004
- Dongeng (puisi) Februari 2005
- tak tik (puisi, untuk Annisa Mz) Desember 2005
- Sepotong Siang (prosa) Oktober 2006
- Atas Nama (puisi) Oktober 2006
- Bagaimana (puisi) Oktober 2006
- Ketik Reg Spasi (puisi) Februari 2007
- Bisikan (prosa) Februari 2007
- Nyatanya Tuhan Memang Satu (puisi) Juni 2007
Subsidi
Hmm. Begini.
Bapak atau ibu sering dengar kata itu kan ?
Maksud saya, yang di judul ini.
Ya. Iya. Betul.
Saya agak repot jadinya.
Ini sangat sensitif.
Setidaknya menurut saya.
Tapi.
Ya. Oh.
Begini saja.
Saya tidak setuju.
Aduh.
Kalau kita sering baca.
Banyak kata itu dipakai.
Tapi.
Ini...ini.
Maaf, masak ada kalimatnya seperti ini.
Hmmm.
Subsidi untuk rakyat.
Nah itu.
Ya. Itu yang saya maksud.
Apa benar rakyat disubsidi ?
Oleh siapa ?
Aduh.
Begini.
Bukankah kekayaan negara ini.
Sesungguhnya milik rakyat.
Wah.
Ini berbahaya tidak ya ?
Jadi.
Kenapa rakyat disubsidi ?
Oleh siapa ?
Aduh ...
Ada yang dengar ndak ya.
Apa yang kaya itu pemerintah ya ?
Bukan rakyatnya ?
Jadi rakyat dikasih duit oleh pejabat ?
Disubsidi ?
Bukannya itu harta rakyat ?
Aduh.
Ini ngeri.
Ya.
Sudah.
Maaf
Jika punya salah, mohon kami dimaafkan.
Andaikan tidak ada yang perlu dimaafkan,
beri jugalah kami kata maaf.
Karna telah memohon maaf,
untuk sesuatu yang tak perlu dimaafkan.
Hanya saja permintaan kami yang kedua itu,
tentu merepotkan.
Jadi ... maafkanlah.
Dongeng
Coba carikan aku sebuah peta atau bola dunia.
Konon di sana tertera sebuah negara.
Berderet pulaunya di khatulistiwa.
Besar atau kecil, subur semuanya.
Isi buminya kaya.
Hutannya rimba belantara.
Lautnya luas, ikannya tiada tara.
Ada lagi yang tak terkira.
Penguasanya rakus sungguh gila.
Menyusahkan rakyat tak habis-habisnya.
tak tik
titik rintik tak rentak
rentak tak titik titik
titik rentak tak rintik rintik
tak tik
tak rintik
tak tik
tak rentak
Sepotong Siang
Ini cerita tentang sebuah siang. Tak sepenuhnya. Hanya beberapa saat.
Di siang yang terik, dan di sebuah bulan yang disebut Ramadan.
Di belakang sopir duduk seorang perempuan, sekitar 40 tahunan.
Di sampingnya seorang lelaki, mungkin dengan usia yang hampir sama.
Terus seorang siswi SMP, terlihat dari roknya yang berwarna biru tua.
Di sebelah saya seorang laki-laki, masih muda belum lebih dari 25 tahun.
Dan di ujung belakang angkot ini, dua orang remaja putri berseragam SMA.
Saya memilih diam. Juga orang di dekat saya. Dalam kebisingan jalan,
dalam panasnya udara, dalam deru suara mesin. Namun tak demikian
adanya dengan dua penumpang yang berada di ujung belakang.
Percakapan mereka sangat jelas terdengar, walau ada kesan
mereka hanya bermaksud untuk berbincang berdua.
Tetapi suara mereka terlalu nyata di antara derau jalanan.
Tak ada yang istimewa mulanya. Hanya dialog yang kental dengan
idiom gadis remaja. Bahasa dengan logat khas anak muda.
Demikian dalam fikiran saya. Sesudah berlalu beberapa
waktu, dan setelah sekian kilometer jarak berjalan.
"
Ya Allah, ceweknya itu. Cantik banget bo.
Trus si cowoknya, bibirnya sensual gitu.
Lo tau gak sih, nyokap guwe demen banget sama
bibir cowok yang sensual.
Nah, pas cowok ama ceweknya di kamar,
udah ciuman gitu, eh filmnya rusak.
BT tau gak sih.
".
Dan saya tercenung.
Tak bisa mencerna entah bagaimana begitu
tak samanya dunia saya dan kedua penumpang
di belakang itu.
Atas Nama
di sebuah negeri
korupsi bukanlah pekerjaan hina
sebab ada catatan
atas nama negara
Bagaimana
Ada beberapa orang
Untuk menyempurnakan imannya
Agar lengkap ibadahnya
Supaya tak cacat ikhlasnya
Mengatur,memaksa,mengancam orang lain
Agar mengetahui
Betapa takwanya
Hati mereka
Ketik Reg Spasi
Ini zaman teknologi komunikasi informasi
Yang tak mengerti,
Yang tak memiliki,
silahkan gigit jari
Sekarang kita mulai petunjuk ini
Sangat mudah,
Tak perlu teknisi,
bisa dikerjakan sendiri
Bukalah menu
SMS atau sejenisnya
Ketik reg spasi,
lalu sebuah kata mujarab segala makna.
Kirim ke nomor dengan empat angka,
kombinasi apa saja.
Perlu berita,
tentu saja bisa
Data cuaca,
itu juga ada
Harga saham di sekian kota,
lengkap datanya
Atau yang lebih istimewa
Gosip selebriti,
nah itu banyak jumlahnya
Tips bebas panu, koreng, kurap, atau jerawat,
siapa kira tak ada
Petuah penerang hati,
Pesan-pesan penjernih kalbu,
Kata indah penghias jiwa,
tak usah ragu lagi,
banyak corak dan ragamnya
Atau lupa cara berdoa pada Yang Kuasa
segeralah mendaftar ke nomor ajaib ini
dijamin untaian kalimat indah,
berada di tangan anda
Hore!
Hayo!
Cihui!
Inilah dunia di ujung jari.
Segalanya mudah.
Segalanya tuntas.
Hanya dengan belasan kata.
Cukup diongkosi,
dengan dua ribu rupiah pulsa.
Bisikan
Ini satu dari sekian puluh kali perjalanan ke kota itu. Dengan bis yang sama, terminal yang sama, dan jalan yang sama. Hampir tak ada yang berubah. Hanya penumpang yang ada di sebelah saya yang selalu berbeda.
Kali ini seorang perempuan. Dari sekilas melihatnya ketika baru naik, dugaan bahwa dia masih remaja, tidaklah jauh meleset. Satu koper ukuran sedang, dan satu tas kecil yang disandang. Penampilannya biasa, cukup sederhana, dan wajah di atas rata-rata.
Sepuluh menit awal perjalanan, tak ada komunikasi apapun. Dan memang saya berniat tidur saja selama di bis ini. Begitu awalnya. Tapi itu segera berubah. Dia bertanya. Dan ini adalah sebuah permulaan. Tanya yang sebenarnya juga biasa. Hendak ke mana?
Kalimat tanya yang tadi hanyalah sesuatu yang tak istimewa, sekarang telah menjadi sebuah percakapan sempurna. Dia sangat terbuka. Bicara banyak apa adanya. Bahkan sangat polos, begitu saya menilai dirinya.
Tebakan awal saya tak salah. Dia seorang remaja sekitar sembilan belasan. Dengan latar belakang keluarga tak begitu harmonis. Mencurahkan segala sejarah serta duka dan perjalanan hidupnya. Saya memperhatikannya. Berlaku bijaksana. Membalasnya dengan kalimat-kalimat yang arif. Saya berempati. Menyuguhinya dengan idiom-idiom yang menggugah hati. Benar. Saya berlaku seperti seorang yang sangat membantu dan berpihak padanya. Dia menikmati percakapan ini.
Lazimnya remaja, terkadang dia mengeluh, genit, atau tak tahu apa-apa. Perjalannya memang masih harus bersambung dengan kendaraan lain ke tujuan berikutnya. Saya beritahu, begini begitu, dengan arah ini itu, dan seterusnya, selengkapnya, dan sejelas-jelasnya. Agar dia tak salah tujuan.
Namun siang yang beranjak sore, mungkin segera malam, mebuat dia ragu akan perjalanan berikutnya. Sangat bisa dia akan sampai di tujuan saat tengah malam. Perjalanan yang tentu menciutkan perasaan untuk seorang gadis remaja. Ah, benarkah begitu?
Lalu sebuah saran agar dia bermalam saja di penginapan menjadi gagasan yang bisa diterima. Dan besok dia bisa melanjutkan perjalanan agar lebih tenang. Aku antar ke sebuah penginapan yang cocok untuk keperluannya. Dia berterima kasih. Untuk sebuah bantuan yang berharga baginya di hari ini.
Besok pagi ketika bangun. Di sebuah ranjang, di sebuah penginapan. Seorang gadis remaja, yang baru saya kenal kurang dari dupuluhempat jam yang lalu, berbaring dalam diam. Tepat di samping saya. Sungguh, bisikan-bisikan itu memang sangat berkuasa.
Nyatanya Tuhan Memang Satu
Ya.
Dengan dalil
Mereka yakinkan
Bahwa Tuhan
Hanya milik mereka
Dan.
Adakah Tuhan untukku