Artikel ini dapat digunakan, disalin, dan disebarluaskan. Cukup cantumkan sumber asli. Jika isinya mengandung kebenaran, semoga memberi kebaikan bagi kita yang memanfaatkannya. Jika ada yang salah, mohon kiranya penulis dimaafkan. Dan sangat baik, jika kesalahan tersebut dapat diberitahukan kepada penulis.
Yanmarshus, , yan[at]daunsalam[dot]net

Haruskah Menggunakan Linux?

Pertanyaan yang tak bisa dijawab begitu saja dengan ya atau tidak. Diskusi tentang hal ini di beberapa kalangan cukup panjang, berliku, dan tak selalu sampai pada sebuah kepastian jawaban. Dan sekarang, saya mengulang lagi pertanyaan yang sama. Mungkin saya sedang membuang-buang waktu :)

Mari kita ingat-ingat kembali berita tentang Sistem Operasi ini. Beberapa negara sudah mendeklarasikan akan menggunakan Linux untuk pemerintahannya. Sejumlah kota juga ada yang mengambil keputusan serupa. Sekolah-sekolah tak ketinggalan mengumumkan bahwa mereka sudah migrasi ke Linux. Dan sekian perusahaan melakukannya dengan diam-diam.

Apa alasan menggunakan Linux? Terutama dalam penggunaan umum sehari-hari, di rumah, kantor, dan sekolah. Isu utama bisa jadi adalah masalah ke-legal-an software ini. Dan ini berkait erat dengan kasus pembajakan terhadap software lainnya. Faktor berikutnya mungkin karena statusnya yang Open Source. Ini berhadapan dengan software lain yang tidak Open Source. Terus bisa juga faktor lain, seperti keamanan, kecepatan, kestabilan, atau apa lagi?

Mari melihat kasus pertama, yaitu legal. Jika menggunakan Ms Windows, atau software lain yang tidak gratis, berarti kita perlu membeli lisensi untuk software bersangkutan. Jika kita menggunakannya tanpa lisensi yang sah (secara hukum), tentu saja tindakan tersebut melanggar hukum. Namun, jika software tersebut dibeli dengan benar dan menggunakannya sesuai lisensi yang sah, maka tidak ada masalah apapun.

Ternyata, banyak juga orang yang sebelumnya tidak paham, ketika diberi tahu harga software yang digunakan dalam komputernya menganga tak percaya! Misalnya begini. Dalam komputer terpasang Ms Windows XP, Ms Office XP, Adobe Photoshop CS, Macromedia Suite, AutoCAD, Norton Antivirus. Coba buka situs yang menjual software resmi dan carilah harganya.

Lalu ada masalah. Dari berita-berita juga, Indonesia termasuk salah satu negara yang sangat banyak menggunakan software bajakan. Untuk tidak lagi memakai produk bajakan ini, agar taat hukum, tentu harus menggunakan software yang legal. Artinya harus membeli software dengan benar. Dan inilah masalah itu. Tak banyak yang mau/mampu membeli software dengan lisensi yang benar. Yang saya garis bawahi itu hanyalah kira-kira saya saja.

Apabila memang tak bisa membeli software secara benar, sekarang ada pilihan yang murah. Gunakan saja Linux, demikian kira-kira jawaban yang bisa timbul. Memang benar. Linux dengan sejumlah distro yang ada tersedia secara gratis. Mungkin yang diperlukan adalah pembelian dalam bentuk CD, atau biaya download dari internet. Sebagian besar distro Linux memang bisa digunakan secara bebas. Tak ada biaya lisensi. Dan tentu saja akhirnya ini adalah software yang sah digunakan. Tak ada lagi pelanggaran hukum dalam hal lisensi.

Yang kedua tentang Open Source. Sebagian besar software yang berada dalam distro Linux adalah software Open Source. Artinya kita bisa melihat kode sumber program yang digunakan tersebut. Berbeda dengan software yang tidak Open Source, kita hanya diizinkan menggunakan software, dan tidak bisa melihat kode sumber program. Apakah ini adalah hal yang penting untuk Anda? Jawabannya saya tak tahu.

Untuk sejumlah instansi, atau sebagian orang, mungkin dengan bisa melihat kode sumber merupakan hal yang penting. Misalnya saja, apakah program yang digunakan tidak berisi kode yang merugikan. Atau bahkan diperlukan untuk modifikasi agar makin sesuai dengan kebutuhan. Bisa juga untuk bahan dalam mempelajari pembuatan software. Program yang tak Open Source tidak mengizinkan untuk melihat kode sumber ini.

Itu saja untuk dua hal utama.

Sekarang masuk ke perdebatan lain. Ada yang cukup semangat melakukan kampanye penggunaan Linux. Nah dalam kampanye ini, mungkin saking semangatnya, kehilangan cara yang tepat dalam mempromosikan Linux. Bahkan yang ekstrim bisa terjatuh pada "Black Campaign" terhadap produk lain, dan menjadikan Linux adalah segalanya. Mudah-mudahan ini hanyalah sedikit.

Mungkin sikap yang tepat adalah berlaku adil. Ehm, bukankah kita memang selalu disuruh berlaku adil. Gambarannya singkat saja. Ketika melakukan promosi untuk menggunakan Linux, diceritakan apa itu Linux. Untuk yang awam bisa secara garis besar. Gratis dan Open Source bisa jadi dua hal utama yang bisa disebutkan. Kemudian penggunaan Linux yang juga memiliki tampilan grafis yang baik perlu juga diceritakan.

Lalu masalah kemudahan pemakaian? Ini tampaknya perlu berhati-hati. Faktor ini sangat subjektif, dan bisa menjebak. Tentang keamanan, kestabilan, kecepatan, juga jangan digampangkan. Biaya? Tentu saja bisa melibatkan perhitungan tak sederhana. Perusahaan biasanya bicara dengan idiom TCO (Total Cost of Ownership), jadi bisa menjadi ruwet.

Ketika bicara dengan pengambil keputusan, baiknya menguraikan dengan lengkap sejumlah faktor terkait di atas. Membandingkan dengan software yang tidak gratis/tidak open source juga bisa, tentu saja perlu dengan tepat dan adil. Jika untuk teman, tetangga, saudara, bisa dengan demo Linux Live, atau sambil nonton TV?

Aha, saya terlalu banyak omong. Udah ah.